Ronggeng Sayuik Dance Choreography at Canang Badantiang Art Studio as a Tourism Dish of Sawahlunto City

https://doi.org/10.24036/sy.v1i1.18

Authors

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan tentang Koreografi Tari Ronggeng Sayuik di Sanggar Seni Canang Badantiang sebagai sajian wisata di  Kota Sawahlunto. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan instrumen pendukung alat tulis, kamera, handphone dan flashdisk. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah menganalisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Ronggeng Sayuik merupakan koreografi tari untuk sajian wisata dengan geraknya merupakan akulturasi dari gerak tari Jawa, Jawa barat, Melayu dan Minang sehingga bisa dikatakan sebagai art acculturation atau bertemunya dua kebudayaan bar tampa menghilangkan ciri-ciri khas indetitas masing-masing kebudayaan tersebut. Proses koreografi Ronggeng Sayuik terdiri dari ide/tema, eksplorasi, improvisasi, dan komposisi. Maka dari proses yang dilakukan koreografer menghasilkan aspek bentuk sebagai berikut: gerak, desain ruang, desain atas, desain dramatik, desain lantai, komposisi kelompok, perlengkapan dan  musik. Bentuk koreografi tari Ronggeng Sayuik adalah tari kelompok. Nama-nama gerak dasar tersebut adalah Jawa Tengah terdiri dari Ngithing, Nyempurit, Ukel, Kebyok, Ulap-ulap, Galeong, Mayuk, Napak, Mendhak. Jawa Barat terdiri dari Kedet, Geduk, Meber, Mereket, Nangreu, Ngaplek, Mungkur, Ukel, Kepret Sorder, Lontang dan Geol. Minang terdiri dari Pitunggua Tangah, Gelek, Ayun, Merantak, dan Lapiah Jerami. Melayu terdiri dari Lenggang, Liuk, Step kaki, Cicing, Legar, dan Gemulai. Iringan pada Tari Ronggeng Sayuik adalah musik yang dikolaborasikan dengan 4 etnis sesuai dengan garapan tari, yaitu dengan alat musik talempong, gandang tambua, tasa, sampelong, gitar bass, khendang jawa, hi hat, keyboard, biola, dan canang. Penari perempuan menggunakan kostum yang sudah dimodifikasikan yaitu baju kebaya pendek, songket silungkang,  dan aksesoris di bagian kepalanya. Sedangkan penari  laki-laki menggunakan baju kaos putih polos yang diberi bercak darah dan celana endong ,yang diikat dengan stagen jawa dan untuk kepala menggunakan  destar.  Properti yang digunakan berupa duit mainan. Konsep isi Tari Ronggeng Sayuik menggambarkan karakter dan unsur filosofis akulturasi  Jawa,  Minang dan Melayu yang tercermin pada bentuk tarian yang menyajikan pola berkelompok dan senantiasa bergerak bersama dan saling melengkapi. Dengan ciri-ciri yang demikian, tarian ini termasuk dalam jenis tari kreasi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

_Artikel_Afifah_HUMANUS_Ronggeng.pdf. (n.d.).

Asriati. Afifah. (2005). Ronggeng Sebagai Hasil Akulturasi Dan Perkembanganya Di

Pasaman. Universitas Negeri Padang: Fakultas Bahasa dan Seni,

Indrayuda. (2012). Eksitensi Tari Minangkabau. Padang:UNP Press.

Jazuli, M. (1994). Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kurniati Ilyas (2020) , Nilai- Nilai Kearifan Lokal Kesenian Ronggeng Sakabek Arek Di

Kanagarian Persiapan Simpang Timbo Abu Kecamatan Talamau Pasaman Barat,

Jurnal Sendratasik UNP,9,(4).

Meigalia Eka (2013). Ronggeng di Minangkabau. Jurnal Elektronik Wacana Etnik. Universitas

Andalas Publisher.4 (2). 101-110.

Nerosti. (2019). Metafora Tari Dalam Pendidikan. Padang, Sukabina Press

Nerosti. (2021). Mencipta dan Menulis Skripsi Tari. Depok: Rajawali Press.

Nerosti. (2022). Kajian Seni Pertunjukan dalam Pariwisata. Padang: Sukabina Press

Putri, Z.A. (2022). Kehidupan buruh tambang di Sawahlunto (1892-2018). Jurnal. Universitas

Batanghari Jambi.

Rahmida Setiawati. (2008). Seni Tari jilid I. Jakarta: Depdiknas.

Soedarsono, RM. (1977). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta. Lagaligo

Soedarsono, RM. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gadjah

Mada University

Published

2023-05-05

How to Cite

Rivani, G., & Asriati, A. (2023). Ronggeng Sayuik Dance Choreography at Canang Badantiang Art Studio as a Tourism Dish of Sawahlunto City. SAAYUN, 1(1), 85–97. https://doi.org/10.24036/sy.v1i1.18